Pic by sites.tcs.com
Imho, beda lokasi, beda budaya, akan membuat perbedaan lifestyle.
Tiap ada hasil survei dari lembaga yang menyatakan secara general ‘Indonesia’, terutama tentang lifestyle, saya akan menyangsikan.
Itulah kenapa saya sempat membuat survei pribadi setelah melihat salah satu hasil lembaga survei tentang source of news berdasarkan generasi.
Memang bukan orang yang bakal makan mentah-mentah hasil lembaga survei, pasti penasaran detailnya dan ingin membuktikan kebenarannya.
Pic by bergencounty.com
Katakanlah saya tidak 100% percaya survei. Maklum sekarang memang banyak survei yang bisa dipesan atau disponsori, seperti juga title penghargaan.
Ya, banyak awarding yang diperjualbelikan berdasarkan peringkat dan ‘tempat duduk’, begitu juga survei.
Bukan berarti semua survei begitu. Tidak semua tentunya. Tetapi banyak survei yang terlalu bias. Kurang spesifik. Tidak menjelaskan waktu, demografi, dan lifestyle dari mereka yang disurvei.
Misalnya survei tentang kebiasaan online, tentu Jakarta dan Madura bisa jadi sangat berbeda hasilnya, bahkan dibandingkan Surabaya yang sama-sama kota besar saja akan beda! Menurut saya, jadi kurang relevan kalau digeneralisasi ‘Indonesia’. Indonesia bagian mana dulu?😒
Jadi ceritanya, dimulai dari om Nukman Luthfie yang membagikan hasil lembaga survei besar di akun twitternya. Saya kaget melihat hasilnya, dan terjadilah dialog berikut.
Saya mungkin memang generasi millenial yang berjiwa generasi Z (bisa dilihat di bawah tentang lifestyle dan cara berpikir saya pribadi). Saya menerima info berita awal dari social media (socmed) lalu dikonfirmasi ke media online, sementara televisi, radio, dan media cetak hanya tambahan. Tetap saja penasaran.
Perasaan teman-teman millenial lainnya, atau bahkan generasi X, juga sudah bergantung pada online untuk mencari informasi, deh. Kalau surveinya tentang hiburan, lain lagi hasilnya.
Jadilah saya bikin survei sendiri untuk membuktikan bahwa saya tidak salah membaca karakter teman-teman 😁
Definisi teman di sini adalah mereka yang saya ikuti perkembangan lifestyle-nya, vice versa, atau yang berkomunikasi dengan saya, plus hari itu kebetulan melihat status update survei saya, dan rela memberikan beberapa detik waktunya untuk menjawab survei. 😁 😉
Dan ini hasilnya :
Hasil survey sehari di twitter.
Hasil di path: 50% online media, 45% social media, 2,5% TV, 2,5% media cetak. Saya masukkan vote di sini dan memilih online media. Walaupun info awal saya dapat di social media, tetapi sumber konfirmasi tetap di online media.
Survei tidak hanya saya lakukan di twitter dan path, tetapi juga whatsapp grup dan japri, yang didominasi oleh mereka yang tinggal di Jakarta.
Saya sengaja mengambil grup WA yang bukan didominasi teman-teman socmed dan gen Z, supaya tidak bias lifestyle online-nya. Karena memang tujuannya membuktikan bahwa teman-teman millenial yang bukan socmed addict pun sudah bergantung pada online untuk sumber berita.
Pic by thebroadcastbridge.com
Hasilnya, socmed 40% : online media 60%, untuk grup whatsapp yang mayoritas generasi X dan millenial. Bahkan untuk grup yang sebagian besar pebisnis senior, yang mayoritas generasi X atau ada sedikit baby boomers (sengaja untuk perbandingan), online media tetap mendominasi. 1 orang menjawab media cetak karena kantor yang berlanggan.😀
Saya juga sengaja mengambil satu grup teman-teman Surabaya supaya hasilnya beda. Hasilnya online tetap mendominasi. 40% online media, 35% social media. 20% (ibu rumah tangga) menjawab TV untuk sumber info berita, dan 5% menjawab radio (pria), karena memang news radio masih kuat banget di sana.
Jadi, kesimpulannya, saya tidak salah membaca karakter teman-teman yang ternyata memang lifestyle-nya sudah menyesuaikan dengan tekhnologi baru, yaitu online.😉
Pic by marketingland.com
Berikut cara berpikir dan lifestyle saya:
Sering online, bukan berarti hanya main social media (termasuk jarang, karena kesibukan lain), tetapi selalu laporan di socmed, layaknya kebiasaan makan dan minum.
Sering online, bukan berarti chatting (sangat jarang, cuek, tidak suka chatting group), tetapi sudah jarang banget menelepon untuk berkabar, hanya text atau video.
Sebagian besar waktu online digunakan untuk browsing, membaca, streaming film (baru/lama), dan video editing. TV dan bioskop tak cukup lagi untuk hobby nonton film, tetapi TV tetap efektif untuk acara hiburan secara general.
Saya belajar (membaca knowledge) melalui online, kecuali untuk novel masih memilih cetak.
Berita dimulai dari social media, terutama twitter, ya twitter masih paling efektif untuk buzzing, baru kemudian cari tahu lengkapnya via online media, atau bertambah info dari TV untuk berita semacam keamanan negara dan dialog penting.
Tidak ada lagi privacy?
No. Bukan begitu. Hanya mengijinkan publik melihat ‘sebagian’ kehidupan pribadi, terbiasa berbagi kebahagiaan/kesedihan dengan publik (hanya untuk yang saya ijinkan diketahui). Most of them hanya candaan untuk melepas lelah.
Dan sekedar tulisan atau foto sudah tak lagi memuaskan, perlu video untuk melengkapi visualisasi. That’s why I make my #secretVLOG.
Sudah terbiasa berbicara dengan kamera di depan publik. Youtube salah satu kebutuhan primer, terutama untuk entertainment.
Geeks itu sexy.
Cari jati diri dengan traveling, bukan ber’karir’ lagi. Karir path itu buatan abad 20, dan kurang sesuai untuk jiwa yang bebas. That’s only my opinion
😁
Saya lebih kagum dengan yang bersusah payah jadi entrepreneur daripada yang ambisius mengejar karir path. Bukan berarti buruk, hanya sekarang beda taste. I used to be that ambitious on that path, before something changes me.
Entrepreneur is the new hero.
Saya mudah sekali bosan (parah), jadi stuck di satu bidang saja akan butuh perjuangan besar.
Semakin dilarang semakin saya cari tahu infonya, bukan malah menghindar.
Saya rebel dan tak suka aturan berlebih, apalagi seragam. Seragam dan jam kerja itu seperti penjara.😌
Pic by clevertap.com
Ya, lifestyle dan cara berpikir saya memang generasi millenial yang cenderung gen Z. Tetapi itu juga disebabkan oleh perubahan tekhnologi dan lifestyle di sekitar saya secara keseluruhan, dalam arti kehidupan Jakarta.
Saya memilih hijrah dari Surabaya dan hidup di Jakarta tentu dengan alasan, salah duanya lifestyle dan ‘point of view’. 😉
Kalau kamu?
Saya millenial dan pilih online media
Makasiih
Aku millenial, pilih social media 🙂
Makasiih 🙂
Aku millenial, sama, socmed dulu tapi lengkapnya di media online
Thank you 🙂
Kalo gwsech media social secara jarang banget nonton TV hahaha
Gue sering nonton TV, tapi nonton film sepanjang hari.haha
Socmed!
Pasti gossip socmed ya? Wkwk
saya pilih orang pintar aja.. informasinya bisa menembus alam dunia dan alam gaib..
huihihi